MUSIBAH YANG PALING BESAR
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadist yang artinya “Sesungguhnya putri Nabi saw mengutus seseorang untuk mengundang dan memberi tahu kepada nabi bahwa anak dari putrinya itu akan meninggal dunia, lalu Rasulullah saw bersabda, kembalilah padanya dan beritahulah, Merupakan hak Allah swt untuk mengambil sesuatu dan hak Allah pula untuk memberinya dan tiap sesuatu ada ajal yang sudah ditentukan, oleh karena itu perintahkan padanya agar bersabar dan mengharap pahala dari Allah swt.”
Masih diriwayatkan dari Imam Bukhari Rasullah saw bersabda :
مالعبدى المؤمن اذا غضبت صفيّه من اهل الدّنيا ثمّ احتسبه الّا الجنّة.
“Hamba-Ku yang mukmin apabila aku telah mengambil kekasihnya dari penduduk dunia kemudian (bersabar) dalam mencari pahala dari Allah swt. Maka tiadalah balasan baginya kecuali surga.”
Rasulullah saw bersabda :
من اصيب بمصيبة فليذكر مصيبته بى فانّها اعظم المصائب
“Barangsiapa yang tertimpa musibah maka ingatlah musibahnya ketika kematianku, maka sesungguhnya kematianku itu musibah yang paling besar.”
Seolah-olah Al-Qadhi Husain dari kalangan tokoh ulama ulama kita mengambil dari hadist itu sehingga bisa menyimpulkan bahwa seorang mukmin hendaknya merasa sedih atas kematian Rasul melebihi kematian orang tuanya sendiri sebagaimana Nabi saw harus dicintai daripada dirinya sendiri, keluarganya, dan hartanya.
Dalam Hadist lain Nabi Bersabda :
انّما الصّبر عند الصّدمة الاوْلى
“Sesungguhnya kesabaran itu pada waktu datangnya bala.” Jadi kesabaran yang terpuji adalah diwaktu terbentur musibah disaat itu orang akan teruji kesabarannya untuk masa sesudahnya terkadang sudah lupa malah berganti dengan suasana kegembiraan.(Iqbal Fauzi)