Bertafakurlah Atas Kebesaran dan Keagungan Allah Swt
Hendaklah engkau selalu ber-tafakur (merenungkan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT) setiap siang dan malam sesuai dengan waktu yang sudah kau tentukan, baik satu jam atau beberapa jam.
Waktu yang terbaik untuk ber-tafakur, ialah di tengah malam karena saat itulah saat yang kosong dan bebas dari aktivitas dan mampu membawa dampak positif pada hati kita.
Kebaikan hidup di dunia dan keutuhan agama tergantung pada kesempurnaan tafakur. Barangsiapa melaksanakannya dengan baik, maka akan memperoleh kebaikan yang berlimpah.
Dalam satu riwayat disebutkan:
“Tafakur selama satu jam lebih baik dari beribadah setahun.”
Ali bin Abi Thalib karramahullahu wajhah juga berkata: “Tiada ibadah (sunnah) yang lebih baik seperti bertafakur.”
Sebagian orang makrifat berkata: “Tafakur adalah pelita hati. Bila ia pergi, maka hati menjadi gelap gulita.”
Obyek Tafakur
Ada beberapa obyek tafakur yang patut dipikirkan, antara lain:
Memikirkan ciptaan dan kekuasaan Allah, baik yang nyata dan samar, yang ada di bumi dan langit.
Cara pertama ini merupakan cara yang paling mulia untuk mengetahui zat, sifat-sifat dan beberapa nama-Nya.
Sesuai dengan anjuran Allah SWT dalam Al-Qur’an:
“Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi.” (QS. Yunus: 101)
Dan engkau adalah salah satu ciptaan-Nya yang paling menakjubkan. Oleh karena itu, renungkan dirimu sendiri. Ini sesuai dengan firman Allah
“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan,” (QS. adz-Dzariyat: 20-21)
Renungkan karunia Allah yang dianugerahkan kepadamu, dan nikmat-nikmat yang dilimpahkan padamu.
Firman Allah SWT:
“Dan ingatlah selalu nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-A’raf: 69)
Allah juga berfirman:
“Dan apabila kamu menghitung nikmat Allah, kamu tidak dapat menentukan jumlahnya.” (QS. an-Nahl: 18)
Dalam surat yang lain Allah berfirman:
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya).” (QS. an-Nahl: 53)
Fadilah dari cara kedua ini adalah hati menjadi penuh dengan rasa cinta dan syukur kepada Allah SWT secara lahir dan batin.
Renungkan keluasan ilmu Allah yang melihat dan mengawasimu.
Firman Allah SWT:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui sesuatu yang dibisikkan oleh hatinya. Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” (QS. Qaaf: 16)
Allah juga menegaskan dalam firman-Nya:
“Allah bersamamu di mana saja kamu berada. Dan Allah mengetahui sesuatu yang kamu kerjakan.” (QS. al-Hadid: 4)
Dalam surat yang lain Allah berfirman:
“Tidakkah engkau perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yag ke-empatnya. Dan tiada pembicaraan antara lima orang, melainkan Dia-lah yang ke-enamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di mana mereka berada. Kemudian Dia akan menceritakan kepada mereka—pada hari kiamat—apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. al-Mujadalah: 7)
Cara ini mendorong kita untuk malu menjalankan larangan-Nya dan meninggalkan perintah-Nya.
Renungkan kekurangan-kekurangan dalam ibadahmu dan pelanggaran-pelanggaran yang engkau kerjakan, yang dapat menimbulkan kemurkaan Tuhanmu.
Allah & berfirman:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah(Ku).” (QS. adz-Dzariyat: 56)
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja). Dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. al-Mukminun: 115)
“Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah.” (QS. al-Infithar: 6)
“Wahai manusia, sesungguhnya engkau telah bekerja sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti engkau akan menemui-Nya.” (QS. al-Insyiqaq: 6)
Cara ini mampu menambah rasa takut kepada Allah SWT mendorong untuk instrospeksi pada aib dan cela, untuk menjauh, kecerobohan, dan selalu siap untuk beribadah.
Renungkan kehidupan dunia, dan segala kesibukan dan kehancurannya yang berlangsung dengan cepat.
Renungkan pula segala sesuatu yang berhubungan dengan akhirat, kenikmatan dan kekekalan hidup di sana.
Allah SWT berfirman:
“Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir tentang dunia dan akhirat.” (OS. Al-Baqarah: 219-220)
“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia. Padahal, kehidupan di akhirat lebih baik dan kekal” (QS. al-A’la: 16-17)
“Dan tiadalah kehidupan di dunia ini melainkan senda gurau dan sandiwara. Dan sesungguhnya di akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui.” (OS. al-Ankabut: 64)
Renungan ini meningkatkan zuhud-mu kepada dunia dan menambah cintamu pada kehidupan akhirat.
Pikirkan saat kematian serta kerugian dan penyesalan setelahnya. Firman Allah SWT:
“Katakanlah, sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah, Yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu Dia menceritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. alJumuah: 8)
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), sehingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia)’. Agar aku berbuat amal saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mercka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan” (QS. al-Mukminun: 99-100)
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta kekayaanmu dan anakanakmu melalaikanmu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari sesuatu yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antaramu lalu ia berkata: “Ya Tuhanku, mengapa engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh” Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang kamu kerjakan.” (QS. al-Munafiqun: 9-11)
Faedah dari tafakur ini ialah untuk memperpendek harapan. memperbaiki amal dan mempersiapkan bekal di hari kemudian.
Hendaknya engkau juga memikirkan amal-amal yang telab dijelaskan oleh Allah yang berhubungan dengan wali-wali-Nya dari orang-orang yang berpaling dari-Nya, dan memberikan pahala da” siksa pada dua kelompok itu di dunia dan di akhirat.
“Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti, benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan. Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka (yakni orang-orang non-muslim) benar-benar berada dalam neraka” (QS. al-Infithar: 13-14) -.
“Maka apakah orang yang beriman itu seperti orang yang fasik? Mereka tidak sama!” (QS. as-Sajdah: 18)
“Adapun orang yang memberikan (hartanya untuk memperjuangkan agama Allah) dan bertakwa. Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik di surga. Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup.” Dan mendustakan pahala yang terbaik. Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang sukar.” (QS. al-Laili: 5-10)
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mercka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. al-‘Ankabut: 40)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut asma “Allah” bergetarlah hati mereka. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenaNya). Dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal. (Yaitu) orang-orang yang mendirikan solat dan yang menafkahkan sebagian rezeki yang telah Kami berikan. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia (di dalam surga)” (QS. al-Anfal: 2-4)
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang soleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa.” (QS. An-Nur: 55)
“Orang-orang munafik laki-laki dan wanita adalah sama, mereka menyuruh berbuat munkar dan melarang berbuat makruf dan menggenggam tangannya (yakni kikir). Mereka telah lupa kepada Allah, karena itu Allah pun melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orangorang yang fasik. Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan wanita dan orang-orang kafir dengan neraka jahanam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka (sebagai balasan mereka), dan Allah melaknati mereka dan bagi mereka azab yang kekal.” (QS. at-Taubah: 67-68)
“Dan orang-orang yang beriman—laki-laki dan perempuan—sebagian mereka adalah menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan solat, menundikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin—laki-laki dan perempuan, (akan mendapatkan) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang indah di surga Aden dan keridaan Allah adalah lebih besar, itu adalah keberuntungan yang besar.” (QS. at-Taubah: 71-72)
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan tanda-tanda keEsa-an Kami. Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan (dari kemusyrikan dan kemaksiatan).” (QS. Yunus: 7-8)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena kcimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan.Doa mereka di dalamnya “Subhanakallahumma” (Maha Suci Engkau, ya Allah) dan salam penghormatan mercka adalah “salam” (sejahtera dari segala bencana). Dan penutup doa mereka ialah “Alhamdulillahi Rabbil ‘ Alamin” (segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam).” (QS. Yunus: 9-10)
Faedah tafakur ini adalah agar engkau mencintai orang-orang beruntung dan mendorongmu untuk beramal seperti amal mereka dan berakhlak sesuai dengan akhlak mereka.
Larangan Memikirkan Zat Allah
Seluruh ciptaan Allah adalah sumber obyek tafakur yang dapat mempengaruhi dan memperkokoh keimanan yang mendalam di dalam hati. Dan jangan sekali-kali kau pikirkan Zat Allah dan sifat-sifat Nya dengan penyelidikan dan perbincangan hakikatnya secara mendalam. Karena hal itu sangat tidak sesuai dengan keterbatasan otak dan akal manusia yang tak mampu menjangkaunya.
Sabda Rasulullah Saw:
“Pikirkanlah kekuasaan-kekuasaan Allah dan janganlah kau pikirkan Zat-Nya. Sesungguhnya kamu tak akan mampu memikirkan hakikat-Nya.” (HR. Ibnu Hibban)
Dan maksud dari wirid-wirid ini (amalan keseharian) adalah hadir bersama Allah, maka hendaknya lakukan itu. Dan kamu tidak akan sampai padanya sebelum menjalani jalannya, yaitu beramal soleh (amal-amal zohir) dengan dibarengi dengan pemaksaan hadir bersama Allah, dan jika kamu rajin melakukan itu niscaya kamu akan diliputi cahaya kedekatanNya dan ilmu-ilmu makrifat. Pada waktu itu pula seluruh hatimu selalu hadir menghadap Allah serta menjadi karakter tabiatmu yang kuat sekali, sehingga kadang memaksakan diri untuk hadir bersama makhluk. Boleh jadi jika kamu tidak mampu, pada keadaan itu muncul ghaibah, istighrag, fana dari semua selain Allah, dan lain-lain yang termasuk dari magam-magam Ahlullah (wali-wali Allah). Jadi intisari dari semua itu ialah rajin beramal soleh (amal amal zohir) beserta memaksakan hadir bersama Allah dalam amal tersebut.
Dan janganlah kamu tidak beramal karena takut tidak bis istigamah, karena hal tersebut adalah kedunguan.
Dan jangan pula kamu beramal atas dasar keluangan waktu dan kegembiraan (semangat), akan tetapi batasilah amalmu dengah batasan yang bisa ditingkatkan pada waktu semangatmu dan tidak ditingggalkan pula pada waktu malasmu.
Dan ketahuilah bahwa bersegera dalam kabaikan serta memeliharg ketaatan termasuk kebiasaan para nabi dan wali-Nya, baik dalam permulaan dan akhir dalam berjalan menuju Allah, karena mereka adalah orang yang paling mengetahui tentang Allah. Maka tidak heran jika mereka adalah orang paling tinggi ibadah, ketaatan dan rasa takutnya kepada Allah. Karena sesungguhnya pendekatan hamba kepada Tuhan tergantung pada kadar kecintaannya kepada-Nya, sedangkan kecintaan selalu berbanding lurus terhadap pengetahuar kepada Tuhannya. Maka dari itu, setiap hamba yang lebih mengetahui Allah, pasti dia lebih cinta dan banyak ibadahnya kepada Allah. Jika kamu disibukkan dengan dunia serta mengikuti hawa nafsu dalam mengambil wirid dan rutinitas ibadah, maka berusahalah untuk menyempatkan waktu di pagi dan sore hari hanya untuk sibuk bertasbih, beristigfar dan lainnya dari macam-macam ibadah. Dan telah diriwayatkan dari hadis Qudsi, Allah SWT berfirman: “Wahai anak Adam, jadikanlah sesaat dari pagi dan sore hari untuk-Ku, niscaya Aku mencukupkan untukmu di antara kedua waktu tersebut.”
Dan ada sebuah hadis: Sesungguhnya lembaran-lembaran hambaNya diperlihatkan kepada Allah tiap akhir hari. Jika terdapat di awal dan akhirnya kebaikan maka Allah memerintahkan kepada malaikat untuk menghapus dosa di antara kedua waktu tersebut. Dan itu adalah karunia Allah kepada kami serta seluruh manusia, akan tetapi banyak dari manusia tidak mensyukurinya.
dinukil dari kitab Risalatul Muawwanah