Cinta Karena Allah

Hendaknya engkau melebihkan cintamu kepada Allah SWT dari yang lainnya, bahkan hanya Dialah yang patut engkau cintai.
Sebab timbulnya cinta ialah bila yang dicintai itu memiiiki kesempurnaan dan dapat memberikan sesuatu pada yang mencintai.

Apabila engkau mencintai sesuatu karena kesempurnaan, kebaikan, keagungan, maka ketahuilah bahwa semuanya itu hanyalah milik Allah SWT dan tiada sekutu bagi-Nya. Segala sesuatu yang terwujud dengan kesempurnaan dan keindahan maka hanya Dialah yang menciptakan dan mewujudkannya. Seandainya Ia tidak berkehendak menciptakannya maka nikmat tersebut tidak akan terwujud adanya dan seandainya Ia tidak memberikan cahaya keindahan-Nya kepada makluk-Nya maka makhluk tersebut menjadi jelek dan selalu diliputi kesialan.

Apabila engkau termasuk orang yang mencintai pemberian dari yang engkau cintai, maka engkau tak akan melihat kebaikan, anugerah, kemuliaan pemberian dan pelimpahan dari seluruh makhluk di alam semesta ini, kecuali Allah yang mencukupi segalanya.

Bagimu kesemuanya disebabkan oleh kemurahan dan kedermawanan-Nya padamu. Dialah Raja dan Tuhanmu. Dia pula yang menciptakan, memberi petunjuk, menghidupkan, mematikan, memberi makan dan minum serta mencukupi, mendidik, dan memberi tempat tinggal kepadamu.
Bila engkau memiliki aib dan kelemahan, maka Ia segera menutupnya. Dan bila engkau memohon ampun pada-Nya, Dia pun segera mengampuni segala dosamu dan jika Ia melihat kebaikan pada dirimu maka Ia pun akan memperbanyak dan menampakkan kebaikan itu.

Jika engkau taat dengan Taufiq dan pertolongan-Nya, Ia akan menempatkan namamu pada suatu tempat yang agung dan semua makhluk di langit dan bumi akan melimpahkan rasa cinta dan kasih kepadamu. Sebaliknya, jika engkau bermaksiat pada-Nya, maka Ia pun tetap memberi nikmat kepadamu. Oleh karena itu, mengapa engkau masih mencintai selain Dia Yang Maha Pengasih, dan mengapa pula engkau tak merasa malu bila engkau senantiasa bermaksiat kepadaNya Yang Maha Pemurah.

Ketahuilah bahwa rasa cinta timbul dari pengenalan dan buahnya ialah penyaksian. Tingkat cinta yang paling rendah ialah bila hatimu dipenuhi dengan rasa cinta kepada-Nya. Hal ini dapat kau rasakan bila seseorang hendak mengajakmu pada kemaksiatan dan membujukmu untuk meninggalkan ketaatan, maka dengan tegas engkau menolak dan meninggalkannya.
Sedangkan tingkat cinta yang paling tinggi ialah bila di hatimu tiada lagi rasa cinta sedikit pun kecuali kepada Allah. Hal ini memang agak sulit dilakukan lebih-lebih lagi kelanjutan sikap cinta seperti ini. Karena bila cinta ini berlanjut, maka hilanglah sifat-sifat insani pada dirinya secara menyeluruh, sehingga tenggelamlah ia dalam keadaan selalu mengingat Allah SWT bahkan ia pun sudah tak merasakan lagi setiap wujud di alam semesta ini.

Cinta kepada Rasulullah Saw, para nabi, malaikat dan hamba-hamba Allah yang saleh, juga merupakan termasuk rasa cinta kepada-Nya.

Rasulullah Saw bersabda,
“Cintailah Allah karena nikmat yang diberikan padamu. Cintailah aku karena Allah. Dan cintailah keluargaku karena aku.” (HR. Turmudzi dan Hakim dari Ibnu Abbas)

Dalam hadis Qudsi, Allah berfirman:
‘Kecintaan-Ku akan tercurah pada mereka yang saling jatuh cinta karena-Ku, duduk bersama membicarakan-Ku, berziarah karena-Ku dan saling memberi karena-Ku.” (HR. Ahmad, Hakim, Thabrani, Ibnu Hibban dan Baihaqi dari Mu’adz)

Rasa cinta sejati ditandai dengan mengikuti jejak Rasulullah Saw, baik dalam perkataan, perbuatan dan akhlak beliau. Allah SWT berfirman:
“Katakanlah, ‘Jika engkau benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihimu.” (QS. Ali-Imran: 31)

Kecintaan hamba kepada Allah tergantung pada besar kecilnya cara ia meneladani kekasih Allah SWT (Muhammad Saw). Jika besar kecintaannya kepada Allah maka besar juga keteladanannya kepada Rasulullah dan begitu pula sebaliknya.

Klik

× Ada yang dapat kami bantu?