Sambung Silaturahmi dan Perkuat Persaudaraan Pada Hari Raya Idul Fitri 1445 H
Syawal adalah bulan bahagia, gembira, dan bersama. Ketiga hal tersebut hanya akan terwujud apabila kita mengutamakan rasa persaudaraan, kekeluargaan dan saling peduli. Setelah selama bulan Ramadhan kita dilatih untuk menahan diri, maka Idul Fitri menjadi identitas kemenangan umat Islam setelah berhasil lulus dari ujian pengekangan hawa nafsu.
Sungguh Maha Benar Allah yang telah mensyariatkan zakat fitrah di penghujung bulan Ramadhan sebagai bentuk amalan sosial kita setelah sebulan kita berfokus beribadah kepada Allah SWT. ini tentunya merupakan pelajaran berharga bahwa persaudaraan merupakan hal yang teramat penting bagi setiap pribadi muslim.
Allah SAW. telah memberikan peringatan yang cukup tegas dalam Surat al-Hujurat ayat 10, sebagaimana berikut:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat,”
Imam Asy Syaukani dalam kitab Tafsir Fathul Qadir, menjelaskan bahwa ayat ini mengajarkan pada kita pentingnya hidup damai yang dititik beratkan pada asal usul keimanan. Jika pun ada perselisihan, maka harus dicari solusi terbaik mendamaikan keduanya. Jangan sampai ada darah yang mengalir atau pembunuhan, sebab akan dihukumi kafir jika ada orang Islam yang membunuh orang Islam lainnya. Lebih lanjut, dalam kitab Tafsir Mafatihul Ghaib, Imam Fahruddin Ar Razi juga memberikan penjelasan bahwa ayat di atas merupakan petunjuk tentang pentingnya kehidupan damai.
Hal yang paling utama dalam hidup adalah persaudaraan, bukan dengan saling membunuh dan perang. Sebab awal mula dari perang adalah fitnah dan tidak saling memahami perbedaan. Maka kehidupan damai itu menjadi sebuah jalan hidup yang paling baik.
Ajaran Islam menitik beratkan pada persoalan persatuan umat. Hal ini bisa kita simak dalam teladan yang sudah diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. ketika tiba di Madinah, selain membangun masjid, beliau juga mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, dan mendamaikan suku Aus dan Khazraj.
Dalam bahasa Arab, persaudaraan disebut dengan istilah ukhuwah yang berasal dari kata “akh” yang artinya ialah kebersamaan. Dari sini kita pahami bahwa sebagai sesama manusia, tentu kita dituntut hidup di bumi ini untuk saling memahami satu dan lainnya dalam semangat kebersamaan. Sepanjang kita masih tinggal di bumi yang sama, menghirup oksigen yang sama, maka wajib bagi kita untuk memiliki kepedulian dalam ikatan persaudaraan dan kebersamaan.
Dalam Al-Qur’an, kata ukhuwah yang semakna dengannya seringkali diulang untuk mengingatkan kepada kita bahwa jalan tebaik untuk mengarungi kehidupan ini adalah dengan memperkokoh persaudaraan.
Hikmah dari Hari Raya Idul Fitri tentunya dapat dijadikan sebuah pengingat bersama tentang pentingnya persaudaraan. Saat takbir berkumandang, manusia sadar betul bahwa dirinya tidak berdaya. Manusia mengakui bahwa dirinya maha kecil dan hanya Allah yang Maha Besar. Takbir dapat menghapus kesombongan dan keangkuhan manusia.
Salah satu unsur terpenting dalam menjaga persaudaraan ialah dengan mempererat tali silaturahim. Sebagaimana dalam pesan Rasulullah SAW melalui hadis:
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ والْيوم الآخِر فَلْيصلْ رَحِمَهُ وَمَنْ كانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ والْيوم الآخِر فليقل خيراً أوْ لِيَصْمُتْ
Artinya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka sambunglah tali persaudaraan, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia berkata baik atau diam!”
Dari hadits itu dapat diambil pelajaran bahwa untuk menjadi hamba Allah yang beriman membutuhkan tiga komitmen hidup: menghormati keluarga, menyambung tali silaturrahim dan selalu berbicara baik (atau lebih baik diam).
Upaya untuk mempererat tali silaturrahim ini pada dasarnya adalah untuk menyatukan perbedaan yang niscaya ada dalam kehidupan manusia. Manusia diajari untuk tidak hanya menjadikan kesamaan sebagai titik kumpul silaturrahim, namun bahkan menjadikan perbedaan sebagai alasan untuk hal tersebut, karena pada ujungnya, kita adalah sama. Sama manusia, sama makhluk Allah SWT.
Dalam Surat Al-Hujurat: 13 mengajarkan kepada kita untuk menjadikan perbedaan sebagai alasan bagi kita agar saling mengenal:
يَٰأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Dalam rangka menguatkan hidup saling bersaudara, Islam mengingatkan sebuah metode kehidupan sosial dengan menghormati lingkar masyarakat terdekat, yaitu tetangga. Maka nanti dibulan Syawal menjadi ciri khas dimana manusia saling meminta maaf dan saling memberi maaf dan yang terpenting adalah kepada tetangga. Kemudian dilanjutkan dengan menyambung persaudaraan kepada semua lapisan masyarakat.
Dan indahnya, pesan Rasulullah saw ditambahkan dengan perlunya menjaga lisan agar selalu bertutur kata yang baik, agar tidak membuat orang lain sakit hati. Ini senada dengan sebuah pesan akhlak:
سَلَامَةُ اْلإنْسَانِ فِي حِفْظِ اللِّسَانِ
Artinya: “Keselamatan seseorang itu ada pada lisannya”. Ramadhan. Bulan Syawal juga menjadi waktu yang tepat untuk mengawali perbaikan diri kita agar semakin bertakwa dan baik terhadap sesama manusia. Amin.