Berbuat Baik dalam Islam

Islam sebagai agama sempurna yang datang dari Allah, bukan saja mengajarkan masalah konsep ketuhanan dan cara bagaimana menyembah (ibadah), dan kemudian memberikan ganjaran atau pahala bagi siapa saja yang meyakini dan melaksanakannya. Islam yang turun sebagai rahmat bagi seluruh alam juga mengajarkan kebaikan dalam sosial (muamalah), dan akan mengganjar setiap orang yang melakukannya.

Di dalam Al-Qur’an Allah menyebutkan bahwa Dia menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan sekaligus perintah untuk melakukannya. Allah berfriman:

وَاَحْسِنُوْا اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ

Dan berbuatbaiklah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik (QS. Al-Baqarah [2]: 195).

Syekh As-Sa’di menjelaskan bahwasanya ayat di atas tidak membatasi pada kebaikan tertentu. Segala kebaikan yang dilakukan manusia seperti menderma harta, memberikan manfaat dengan jabatan, menyuruh kebaikan dan melarang pada kemunkaran, mengajarkan Ilmu, membantu kesulitan orang lain, dan lain sebagainya adalah termasuk yang dimaksud ayat ini. Bahkan termasuk juga kebaikan (ihsan) dalam beribadah kepada Allah sebagaimana yang disebutkan Rasulullah ﷺ dalam satu hadis beliau. Rasulullah ﷺ bersabda mengenai ihsan:

أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

Hendaklah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jikapun kamu tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu (HR. Muslim no: 8)

Kebaikan sendiri adalah sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya ﷺ. Dengan kata lain, Al-Qur’an dan sunnah adalah dua sumber kebaikan yang paling dasar bagi manusia. Adapun sesuatu yang betertantangan dengan keduanya tentu saja adalah sebuah keburukan meski manusia memandang itu sebuah kebaikan.

Begitu berartinya kebaikan di sisi Allah. Hal ini terbukti dengan perintah bukan saja untuk melakukannya, tapi juga berlomba-lomba dalam melakukannya. Perintah untuk berlomba kepada kebaikan tentu saja suatu yang lebih dari sekadar perintah. Selayaknya perlombaan, tentu saja setiap orang ingin menjadi yang terbaik dengan melakukannya dengan persiapan yang matang dan dengan sesempurna mungkin.

Allah berfriman:

فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ

Maka, berlomba-lombalah kamu dalam berbagai kebajikan (QS. Al-Baqarah [2]: 148).

Apalagi, Allah juga menerangkan bahwa ketika hamba-Nya berbuat kebaikan atau memberikan manfaat untuk orang lain, sejatinya kebaikan itu untuk diri mereka sendiri. Sederhananya, segala kebaikan yang kita lakukan, yang kemudian manfaatnya dirasakan orang lain, bukan saja bermanfaat untuk orang lain yang merasakan, tapi juga untuk diri kita sendiri meski secara zahir kita yang berkorban ataupun kehilangan.

Allah berfirman:

اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ وَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ

Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, (kerugian dari kejahatan) itu kembali kepada dirimu sendiri (QS. Al-Isra [17]: 7).

Hal di atas tentu saja karena sifat keadilan Allah yang tidak pernah akan menyia-nyiakan hamba-Nya. Segala kebaikan yang dilakukan seseorang meski kadang tidak begitu bernilai di sisi manusia, namun Allah akan tetap menilainya sebagai kebaikan dan akan mengganjar sesuai dengan kadarnya.

Allah berfirman:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ

Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya (QS. Az-Zalzalah [99]: 7).

Klik

× Ada yang dapat kami bantu?