Anjuran untuk Menghadiri Majelis Para Ulama
Yahya bin Katsir menyebutkan bahwa dalam firman Allah Swt,
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya.” (QS. al-Kahfi: 28) yang dimaksud adalah majelis-majelis fiqih.
Dari Abdullah bin ‘Amr disebutkan bahwa Rasulullah Saw. suatu ketika memasuki masjid, beliau melihat dua majelis. Di salah satu majelis, orang-orang berdoa dan berharap kepada Allah, sedangkan di majelis yang lain orang-orang mempelajari fiqih dan mengajarkannya. Maka Rasulullah Saw. bersabda, “Kedua majelis ini berada dalam kebaikan, salah satunya lebih utama daripada yang lain. Mereka yang berdoa dan berharap kepada Allah, jika dikehendaki mereka diberi dan jika tidak dikehendaki mereka ditolak. Adapun yang lain, mereka belajar dan mengajar orang yang bodoh. Dan sesungguhnya aku diutus sebagai pengajar. Mereka ini lebih utama.” Lalu beliau mendatangi mereka hingga duduk bersama mereka.
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Nabi Saw. bersabda, “Apabila kalian melewati taman-taman surga, hendaklah kalian mengelilinginya.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, apa itu taman-taman surga?” Beliau menjawab, “Halaqah-halaqah dzikir.”
Dari Anas pula disebutkan sebuah hadits marfu’, “Sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat yang selalu bergerak mencari halaqah-halaqah dzikir. Maka apabila para malaikat mendatangi mereka, para malaikat tersebut akan mengelilingi mereka.
Athâ’ mengatakan, “Halaqah-halaqah dzikir adalah majelis-majelis yang membicarakan hal-hal yang halal dan haram sehingga engkau dapat mengetahui bagaimana membeli dan menjual, melakukan shalat, berpuasa, menunaikan haji, menikah, menceraikan, dan sebagainya.” Abu Wâqid al-Laitsiy mengatakan bahwa Rasulullah Saw. suatu ketika sedang duduk di masjid bersama orang-orang, tiba-tiba datang tiga orang. Dua di antaranya mendatangi Rasulullah dan yang satu pergi. Keduanya melihat ke arah Rasulullah. Salah seorang dari mereka lalu melihat ada celah di dalam halaqah, maka dia pun duduk di situ, sedangkan yang satunya duduk di belakang mereka. Adapun yang ketiga terus pergi. Setelah selesai, Rasulullah mengatakan, “Maukah kalian aku beritakan tentang tiga orang? Salah seorang dari mereka menuju kepada Allah, maka Allah pun menuju kepadanya. Seorang yang lainnya malu kepada Allah, maka Allah pun malu kepadanya. Sedangkan yang terakhir berpaling dari Allah, maka Allah pun berpaling darinya.”
Dari Abu Umâmah berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya Luqmân al-Hakîm berkata kepada putranya, ‘Wahai anakku, hendaklah engkau senantiasa duduk bersama para ulama dan dengarkanlah perkataan orang-orang yang bijak, karena sesungguhnya Allah menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah, sebagaimana Dia menghidupkan bumi yang tandus dengan hujan yang deras.”
Sahl bin Abdullah at-Tusturiy mengatakan, “Barangsiapa yang ingin melihat majelis para nabi, hendaklah dia melihat majelis para ulama, karena mereka adalah pengganti para rasul bagi umat mereka dan ahli waris mereka dalam ilmu. Maka majelis-majelis mereka merupakan majelis pengganti para nabi.”
Ibnu Mas‘ud mengatakan, “Orang-orang yang bertakwa adalah pemimpin. Dan para fuqaha adalah panutan. Dan duduk bersama mereka adalah tambahan.” Ibnu Umar mengatakan, “Majelis fiqih lebih baik daripada ibadah enam puluh tahun.”
Diriwayatkan dari Umar bin al-Khaththab ra. bahwa, sesungguhnya seseorang yang keluar dari rumahnya dengan memiliki dosa sebesar bukit Tihamah, apabila mendengar seorang alim berbicara dia merasa takut dan memohon ampun atas dosa-dosanya, maka dia kembali ke rumahnya dalam keadaan tidak memiliki dosa. Karena itu janganlah kalian memisahkan diri dari majelis para ulama, karena sesungguhnya Allah tidak menciptakan di atas permukaan bumi suatu tanah yang lebih mulia daripada majelis-majelis dzikir. Demikian disebutkan dalam kitab al-Ihya.
Ka‘ab al-Ahbâr mengatakan, “Seandainya pahala majelis-majelis ilmu tampak oleh manusia, niscaya mereka akan berbunuh-bunuhan untuk mendapatkannya, sampai-sampai orang yang memiliki kekuasaan meninggalkan kekuasaannya dan orang yang memiliki pasar meninggalkan pasarnya.”
Athâ’ mengatakan, “Sebuah majelis ilmu menghapuskan tujuh puluh majelis senda gurau.” Al-Imam Ahmad bin Hasan al-Attas mengatakan, “Majelis dakwah kepada Allah dan dzikir orang-orang saleh merupakan sabun dan air bagi hati. Bagi hati yang memiliki kotoran yang tebal maka majelis itu menjadi sabun baginya. Sedangkan untuk hati yang hidup, majelis itu menjadi air yang memberikan minum dan menambah hidup baginya.”
Beliau juga mengatakan, “Tidaklah dibuat suatu majelis ilmu atau majelis dzikir kepada Allah, melainkan Dia buatkan dari majelis itu awan putih, lalu Dia giring menuju kaum yang tak pernah melakukan kebaikan sama sekali lalu menghujankannya, sehingga mereka semua menjadi orang-orang yang bahagia.”
Beliau juga mengatakan, “Masuklah ke dalam keberkahan orang-orang saleh. Seandainya engkau duduk di dekat mereka dalam keadaan lalai tetapi mempunyai niat yang baik, mereka akan memberimu yang ada pada mereka. Mereka adalah kaum yang tidak akan sengsara, berkat mereka, orang yang bergaul dengan mereka.” (diambil dari kitab Manhaju Shawi)