Ilmu Lebih Utama Dari Harta
Belajar menuntut ilmu adalah suatu keharusan bagi setiap manusia yang hidup di dunia ini, lantas kenapa kita harus belajar? Jawabannya adalah sederhana tidaklah apa yang kita lakukan itu semuanya membutuhkan yang namanya ilmu.
Seorang yang berkerja baik sebagai petani, pedagang, wirausaha, dan yang lainnya dalam setiap pekerjaan yang digelutinya pasti akan menggunakan ilmu yang diketahuinya masing-masing. Maka timbul Kembali pertanyaan lebih utama manakah belajar ilmu atau berkerja mencari harta?
Sahabat mari kita simak kisah dari Khulafaur Rasyidin yang ke-4 Sayyidina Ali bin Abi Thalib dengan 10 Pemuka Khoarij yang ditukil dari kitan Al-Ushfuriah (Nasehat Burung Pipit)
Khawarij adalah pengikut Khalifah Ali yang keluar meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima tahkim dalam perang Shiffin pada tahun 37 H (648) Masehi dengan kelompok Muawiyah bin Abu Sufyan terkait masalah khalifah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama pernah bersabda:
أَنَا مَدِيْنَةُ الْعِلْمِ وَعَلِيٌّ بَابُهَا
“Aku adalah kota ilmu. Sedangkan Ali adalah pintu kota ilmu itu.”
Ketika kaum Khawarij mendengar hadis ini, mereka iri hati dengan Khalifah Ali. Kemudian 10 orang hebat dari mereka berkumpul dan berdiskusi. “Kita akan menanyai Ali satu pertanyaan yang sama dan kita akan lihat bagaimana ia menjawabnya. Apabila ia menjawab pertanyaan kita dengan jawaban berbeda-beda maka kita tahu kalau ia benar-benar orang ‘alim seperti yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama.”
Kemudian orang pertama mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya: “Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?” “lmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali. “Apa buktinya?” tanya orang pertama. Ali menjelaskan, “Ilmu adalah warisan para Nabi. Sedangkan Harta adalah warisan Qorun, Syaddad, Fir’aun dan lain-lainnya.” Kemudian orang pertama kembali menemui teman-temannya dan melaporkan jawaban.
Kemudian orang kedua mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya: “Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?” “Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali. “Apa buktinya?” tanya orang kedua. Ali menjelaskan: “Ilmu akan menjagamu, sedangkan kamu adalah yang menjaga harta.” Kemudian orang kedua kembali dengan membawa jawaban ini.
Lantas orang ketiga mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya: “Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?” “Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali. “Buktinya Apa?” tanya orang ketiga. Ali menjelaskan: “Orang yang memiliki harta akan memiliki banyak musuh, sedangkan orang yang memiliki ilmu akan memiliki banyak teman.” Kemudian orang ketiga kembali dengan jawaban ini.
Setelah itu orang keempat mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya: “Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?” “Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali. “Apa buktinya?” tanya orang keempat. Ali menjawab: “Ketika kamu membelanjakan harta maka harta itu akan berkurang. Sedangkan ketika kamu mengajarkan ilmu maka ilmu itu akan bertambah.” Kemudian orang keempat kembali dengan jawaban ini.
Giliran orang kelima mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya: “Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?” “Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali. “Apa buktinya?” tanya orang kelima. Ali menjawab: “Orang yang memiliki harta akan dipanggil sebagai orang yang pelit, sedangkan orang yang berilmu akan dipanggil sebagai orang yang agung dan mulia.” Orang kelima kembali dengan jawaban ini.
Kemudian orang keenam mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya: “Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?” “Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali. “Apa buktinya?” tanya orang keenam. “Harta akan dilindungi dari pencuri, sedangkan ilmu tidak akan dilindungi dari pencuri,” kata Ali menjelaskan. Kemudian orang keenam kembali dengan jawaban ini.
Giliran orang ketujuh mendatangi Ali dan bertanya: “Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?” “Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” tegas Ali. “Buktinya apa?” tanya orang ketujuh. Ali menanggapi: “Orang yang berharta akan dihisab di Hari Kiamat, sedangkan orang yang berilmu akan disyafa’ati di Hari Kiamat.” Orang ketujuh ini pun kembali dengan membawa jawaban ini.
Orang kedelapan mendatangi Ali dan berkata: “Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?” “Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali. “Apa buktinya?” tanya orang kedelapan. Ali menjawab: “Harta akan habis termakan waktu dan zaman, sedangkan ilmu tidak akan habis termakan waktu dan zaman.” Kemudian ia kembali dengan membawa jawaban ini.
Lalu orang kesembilan mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya: “Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?” “Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali. “Apa buktinya?” tanya orang kesembilan. “Harta dapat mengeraskan hati, sedangkan ilmu dapat melunakkan dan melembutkan hati,” tutur Ali menjelaskan. Orang kesembilan ini pun pergi dengan membawa jawaban ini.
Akhirnya orang kesepuluh datang kepada Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya: “Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?” “Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali. “Apa buktinya?” tanya orang kesepuluh. Khalifah Ali menjelaskan: “Orang berharta akan cenderung mengaku sebagai Tuhan karena hartanya, sedangkan orang yang berilmu akan mengaku sebagai hamba Allah.” Khalifah Ali melanjutkan: “Andai mereka semua bertanya kepadaku dengan pertanyaan yang sama niscaya aku akan menjawabnya dengan jawaban yang berbeda selama aku masih hidup,” kata Ali. Akhirnya sepuluh orang Khawarij itu mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan kembali masuk Islam.