HAKEKAT AHLUSSUNNAH WAL-JAMAAH – BUYA YAHYA
Ahlussunnah wal-Jamaah adalah manhaj beraqidah yang benar dengan dua ciri. Pertama, mereka sangat mencintai keluarga Nabi Muhammad SAW. Kedua, mereka juga sangat mencintai sahabat Nabi Muhammad SAW. Tidak cukup orang mengaku beragama Islam, tetapi dengan mudah mereka mencaci para sahabat Nabi Muhammad SAW. Yang keluar dari Ahlussunnah wal-Jamaah model ini diwakili oleh kelompok Syi’ah (Syi’ah Imamiyah Itsnata ’Asyariyah) dengan ciri khas paling menonjol dari mereka adalah mengagungkan ahlu bait Nabi Muhammad SAW tetapi merendahkan para sahabat Nabi Muhammad SAW.
Begitu juga tidak cukup orang mengaku Islam, tetapi dia merendahkan ahlu bait Nabi Muhammad SAW. Yang keluar dari Ahlusunnah wal-Jamaah model ini diwakili oleh mereka yang mempunyai ciri khas yaitu yang tidak peduli dengan urusan ahlul bait Nabi Muhammad SAW, mencoba merendahkan Sayyidina Ali bin Abi Tholib biarpun di sisi lain mereka mengakui para sahabat Nabi Muhammad SAW .
Ringkasnya, Ahlussunnah wal-Jamaah adalah mereka yang memuliakan ahlu bait dan sekaligus mengagungkan para sahabat Nabi Muhammad SAW.
Ada di antara orang-orang yang mengaku mengagungkan dan memuliakan para sahabat Nabi Muhammad SAW dan ahlu bait Nabi Muhammad SAW, akan tetapi mereka punya penafsiran-penafsiran tentang aqidah yang jauh dari kitab Allah dan sunnah Rasulullah SAW, yaitu dari kaum Jabariyah dan Qodariyah.
Di saat seperti itu, munculah seorang yang dinobatkan sebagai Imam besar yang telah berusaha untuk membersihkan aqidah Ahlussunnah wal-Jamaah yang benar dari unsur luar dan menjerumuskan. Munculah cetusan-cetusan ilmu aqidah yang benar yang dari masa ke masa dan menjadi pegangan umat Islam sedunia, yaitu: Aqidah Ahlussunnah wal-Jamaah Asy’ariyah.
Asy’ariyah adalah sebuah pergerakan pemikiran pemurnian aqidah yang dinisbatkan kepada Imam Abul Hasan Al-Asy’ari. Beliau lahir di Bashrah tahun 260 Hijriyah bertepatan dengan tahun 935 Masehi. Beliau wafat di Bashrahpada tahun 324/975-6 M. Imam Al-Asy’ari pernah belajar kepada ayah tiri beliau yang bernama Al-Jubba’i, seorang tokoh dan guru dari kalangan Mu’tazilah. Sehingga Al-Asy’ari mula-mula menjadi penganut Mu’tazilah, sampai tahun 300 H. Namun setelah beliau mendalami paham Mu’tazilah hingga berusia 40 tahun, terjadilah debat panjang antara beliau dengan gurunya, Al-Jubba’i dalam berbagai masalah. Debat itu membuatnya tidak puas dengan konsep Mu’tazilah dan beliau pun keluar dari paham itu dan kembali kepada pemahanan Ahlusunnah wal jama’ah.
Imam Al-Asy’ari telah berhasil mengembalikan pemahaman sesat kepada aqidah yang benar dengan kembali kepada apa yang pernah dibangun oleh para salaf (ulama sebelumnya) dengan senantiasa memadukan antara dalil nash (naql) dan logika (‘aql). Dengan itu belaiu berhasil melumpuhkan para pendukung Mu’tazilah yang selama ini menebar fitnah di tengah-tengah ummat Ahlus Sunnah. Bisa dikatakan sejak berkembangya aliran Asy’ariyah inilah Mu’tazilah berhasil diruntuhkan.
Kaum Asya’irah, dari masa ke masa selalu mempunyai peran dalam membela aqidah yang benar, Aqidah Ahlusunnah wal Jamaah.
Terbukti dalam sejarah perkembangan Islam ulama Asya’irah-lah yang memenuhi penjuru dunia. Merekalah ahlussunnah yang sesungguhnya.
Adalagi pakar aqidah yang semasa dengan Imam Abul Hasan Al-Asy’ari, yaitu Imam Abu Manshur Al-Maturidi. Secara umum tidak ada perbedaan di antara keduanya. Hanya karena yang tersebar di Indonesia adalah dari Imam Abul Hasan Al-Asy’ari, maka kami sebut lebih sering Asy’ariyah.